Sabtu, 23 April 2016

Waspada Bahaya Bulu Kucing Bagi Kesehatan

Waspada Bahaya Bulu Kucing Bagi Kesehatan

Kucing merupakan salah satu binatang peliharaan favorit di rumah. Tapi bukan berarti kehadirannya tidak menimbulkan risiko kesehatan. Bahaya bulu kucing merupakan salah satu yang perlu diwaspadai.

Meski bukan sebagai penyebab utama, parasit atau bakteri dapat menempel pada bulu kucing saat binatang tersebut bermain di lingkungan yang kotor atau tengah menjilat dirinya. Selain itu, beberapa kelompok orang, seperti ibu hamil dan orang yang mengalami penyakit gangguan daya tahan tubuh lebih berisiko terhadap efek bulu kucing.

Bahaya Bulu Kucing
Bahaya Bulu Pada Kucing

Ragam Efek Samping yang bisa Ditimbulkan

Di balik penampilan bulu kucing yang indah, tersimpan potensi jenis penyakit yang dapat merugikan kesehatan, seperti:

Penyakit Cakar Kucing (cat scratch disease).

Pada kucing, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bartonella henselae ini tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu. Umumnya bakteri tersebut berpindah pada manusia melalui cakaran atau gigitan, namun tidak tertutup kemungkinan bakteri juga ditularkan ketika Anda mengelus bulunya kemudian menyeka bagian mata Anda menggunakan tangan yang sudah terkena bakteri.

Pada lokasi cakaran atau gigitan, muncul benjolan kecil dalam jangka waktu 10 hari. Benjolan tersebut diikuti dengan gejala-gejala mual, muntah, demam, menggigil, lelah, peradangan, dan rasa nyeri pada bagian kelenjar getah bening. Bagi orang yang memiliki daya tahan tubuh yang baik, penyakit cakar kucing ini tidak akan memberi akibat serius.

Namun orang yang mengalami gangguan daya tahan tubuh, misalnya HIV/AIDS atau mereka yang sedang dalam proses kemoterapi akibat kanker, bakteri ini dapat mengakibatkan kondisi yang lebih serius.

Kurap (ringworm).

Suatu jenis infeksi jamur pada kulit yang salah satunya dapat ditularkan dari kucing. Penularannya bisa terjadi saat seseorang membelai kucing.

Toksoplasmosis.

Penyakit ini disebabkan parasit yang disebut Toxoplasma gondii yang terdapat pada feses kucing yang sudah terinfeksi. Sekitar 2-3 minggu setelah terinfeksi, kucing akan mengeluarkan parasit pada kotorannya. Saat membersihkan diri dengan lidah, kemungkinan parasit akan tertinggal pada bulu yang kemudian dapat tertular pada manusia ketika membelai bulunya.


Melahirkan Bayi Cacat Hingga Keguguran

Ibu hamil yang terkena penyakit toxoplasma akibat dari parasit yang biasa ditimbulkan oleh bulu kucing, bisa mengalami hal yang membahayakan seperti akan melahirkan bayi yang cacat dan rentan mengalami keguguran. Gejala yang ditimbulkan pada ibu hamilpun bisa berupa penurunan daya tahan tubuh seperti mengalami flu, nyeri kepala, demam dan rasa lelah. Maka dari itu, sebaiknya wanita yang merencanakan kehamilan ataupun sudah hamil tidak memelihara kucing dan menjauhinya.


Menyebabkan Asma

Bulu pada kucing bisa sangat berbahaya apalagi jika telah menyerang sistem pernafasan, ia merupakan salah satu penyebab asma. Sebab, bulu kucing banyak membawa virus-virus yang bisa menyebabkan asma. Jika sudah begini, maka penyakit asma ini akan susah hilang bahkan akan menurun sampai di keturunan selanjutnya. Gejala asma akibat bulu kucing bisa dirasakan sedini mungkin dengan deteksi kelainan pernafasan anda.


Menyebabkan Beberapa Gejala Infeksi

Sebenarnya infeksi yang diakibatkan oleh bulu kucing biasanya tidak dapat dikenali karena hanya menimbulkan gejala ringan bahkan tampak tidak memiliki gejala. Namun karena bisa mengakibatkan hal-hal yang membahayakan, maka mendekati kucing sebaiknya dihindari. Adapun beberapa gejala yang ditimbulkan akibat infeksi dari bulu kucing antara lain hidrosefalus, demam, jaundice (kuning), memar atau pendarahan bawah kulit hingga anemia atau pembesaran hati.

Reaksi Alergi.

Sebenarnya bulu tidak menjadi penyebab langsung dari reaksi alergi. Pada umumnya bahaya bulu kucing disebabkan oleh infeksi melalui air ludah, kulit, dan urine. Kenyataannya ketika kucing menjilat dirinya, bulunya akan terkena air ludah tersebut.

Reaksi alergi biasanya dapat menimbulkan rinitis alergi yang tampak seperti gejala flu. Beberapa reaksi tersebut antara lain mata gatal, bersin, pilek, dan tekanan pada sinus. Selain itu, reaksi alergi lain yang dapat timbul yaitu kondisi asma.

Meminimalisasi Risiko

Penting untuk menjaga kondisi kesehatan binatang peliharaan dan kebersihan diri setelah melakukan kontak dengannya. Selalu cuci tangan Anda dengan sabun antibakteri setelah menyentuh kucing kesayangan, terutama sebelum menyiapkan makanan. Ajari juga hal tersebut pada anak Anda. Sebagai tindakan pencegahan lain, hindari lokasi bermain anak-anak yang mungkin terkontaminasi feses kucing.

Selalu periksakan kondisi kesehatan kucing Anda. Infeksi dapat dideteksi dengan kunjungan rutin ke dokter hewan. Berikan juga imunisasi.

Terakhir, upayakan agar kucing Anda selalu bersih, termasuk bulu dan cakarnya. Kucing senang menggali tanah dengan cakarnya. Saat itu terjadi, bersihkan kukunya dengan menggunakan sampo khusus.

Memelihara kucing sangat menyenangkan bagi penggemarnya, namun harus tetap memperhatikan risiko kesehatan yang mengancam. Pertimbangkan sisi positif dan negatif memelihara hewan lebih lanjut, terutama jika Anda dan anggota keluarga lain memiliki kondisi kesehatan tertentu. Jika perlu, konsultasikan kepada dokter Anda atau dokter hewan sebelum memutuskan untuk memelihara kucing atau binatang peliharaan lain.



Cara Menghilangkan Alergi Akibat Bulu Kucing

bahaya bulu kucingDari beberapa hal-hal yang disebabkan oleh bulu kucing diatas, alergilah yang paling banyak dialami oleh sebagian besar orang. Oleh karena itu, konsumsilah obat alami yang dapat menyembuhkan alergi tersebut. Adapun beberapa obat-obat alami yang bisa menghilangkan alergi akibat bulu kucing adalah:

  1. Lemon, yakni dengan cara memeras setengah lemon ke dalam air hangat dan mengkonsumsinya saat perut terasa kosong. Khasiatnya cairan ini berfungsi sebagai pembersih sehingga dapat menghancurkan racun dan membuat penyebab alergi keluar dari tubuh.
  2. Kayu putih, yakni dengan menggunakan uap kayu putih untuk menyembuhkan hidung yang tersumbat dan untuk menghilangkan lendir. Dengan berbagai macam bentuk yang dimiliki seperti permen, minyak hingga obat gosok, kayu putih sangat efektif untuk meredakan gejala dari alergi bulu kucing.
  3. Minyak jarak, yakni dengan cara menuangkan 4 hingga 5 tetes minyak pada makanan atau minuman untuk menghilangkan alergi akibat bulu kucing.
  4. Alfalfa, merupakan herbal yang mampu meredakan alergi bulu kucing seperti meredakan hidung meler, bersin, hidung tersumbat, dan gatal pada kulit atau tenggorokan. Selain itu, alfalfa juga mampu membentuk sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah datangnya alergi.
  5. Herbal lain, seperti ginseng, fenugreek, cabai rawit, semanggi merah, jelatang, dan akar licorice.

Perawatan Kucing Yang Baik

Dengan melihat hal-hal membahayakan yang bisa terjadi akibat bulu kucing, maka jika ingin memelihara kucing pastikan pemiliki memberikannya perawatan yang terbaik. Perawatan inilah yang pada akhirnya membedakan antara kucing liar yang kerap membawa parasit dengan kucing peliharaan yang senantiasa terjaga keamanannya bagi kesehatan. Adapun cara merawat kucing agar terhindar dari hal-hal berbahaya yang bisa menularkan manusia, diantaranya:
  1. Memberi makanan yang sehat dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh kucing. Makanan yang diberikan adalah makanan yang mengandung protein dan vitamin. Jangan sembarang memberikan makanan pada kucing karena bisa saja makanan tersebut merusak sistem pencernaannya. Untuk minuman, pemilik bisa menyediakan air bersih untuk diminum oleh kucing. Hal ini berguna untuk memperlancar proses pencernaan pada kucing.
  2. Merawat bulu dan kulit kucing dengan memandikannya minimal 2 minggu sekali. Jika bulu kucing kotor, segera mandikan pula kucing agar penyakit kutu atau jamur bisa dicegah. Memandikan kucing sangat dianjurkan untuk dilakukan dengan menggunakan sampo khusus kucing.
  3. Menyediakan tempat khusus kucing untuk buang air agar kucing menjadi terlatih untuk dapat buang air pada tempatnya sehingga kotorannya tidak tersebar kemana-mana dan menyebar penyakit. Wadah tersebut sebaiknya diisi pasir dan setelah wadah kotoran tersebut terisi, maka tempatnya bisa dibersihkan agar ternetralisir dari kuman.
  4. Agar terhindar dari bakteri, maka kucing sebaiknya diberi vaksin sesuai dengan anjuran dokter hewan. Selain itu, kucing juga perlu diberikan vitamin tambahan seperti vitamin A, D, E, lysine, minyak ikan, omega 3, omega 6, dll agar kondisinya selalu dalam keadan sehat.

Manfaat Memelihara Kucing

Dengan perawatan diatas, maka kucing peliharaan tidak akan bisa terkena virus, bakteri ataupun parasit. Namun jika merasa ragu apakah kucing peliharaan tersebut terkena parasit atau tidak, maka segeralah membersihkan diri dengan mencuci tangan ataupun mandi setelah kontak langsung dengan kucing agar parasit yang menempel pada bulunya tidak menulari kita. Walaupun bulu kucing memiliki bahaya yang bisa menyerang manusia, namun tidak semua kucing bisa membawa parasit jahat kepada manusia. Sebab, sumber penular hal-hal membahayakan diatas hanya berlaku pada kucing yang tertular saja. Bahkan, memelihara kucing sebenarnya juga memiliki beberapa manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh. Adapun beberapa manfaat dari memelihara kucing adalah:
  1. Mengurangi resiko terkena penyakit jantung sebab menurut penelitian dari University of Minnesota, ditemukan bahwa 30% hingga 40% dari orang yang tidak memelihara kucing akan cenderung mengalami penyakit jantung daripada orang yang memelihara kucing.
  2. Meningkatkan kekebalan tubuh manusia karena perasaan yang dirasakan oleh seseorang jika memelihara kucing bisa membantu peningkatan kekebalan tubuhya. Apalagi jika kucing menghampiri pemiliknya untuk menghibur agar merasa nyaman.
  3. Menurunkan tekanan darah sebab dengan membelai kucing, maka seseorang bisa merasa tenang sehingga tekanan darahnya darah. Hal ini juga dibuktikan oleh State University of New York bahwa seseorang yang memiliki hewan peliharaan termasuk kucing, maka tekanan darahnya cenderung rendah jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki hewan peliharaan.
  4. Membantu menurunkan kolesterol dalam darah sebab menurut penelitian yang dilakukan di Kanada tahun 2006, menunjukkan bahwa memelihara kucing sangat efektif untuk menurunkan kolesterol daripada obat-obatan yang diracik untuk mencegah penyakit tersebut.
  5. Mengurangi resiko stroke sebab penelitian yagn dilakukan oleh University of Minesota menunjukkan bahwa seseorang yang memelihara kucing bisa mengurangi resiko terkena penyakit stroke sampai dengan 1/3.


Keyword / Pencarian Kata Kunci:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar